Jumat, 02 November 2012

Musuh Dalam Selimut

Hai teman, ya kamu. Kamu yang ada disana, kamu yang kulihat, bukankah kamu temanku? Jangan kau memasang muka kebingungan seperti itu, aku menganggapmu sebagai temanku. Jadi tak usahlah kau bersedih dan merasa sendiri lagi didunia ini.



Entah awalnya seperti apa, seiring keakraban yang terjalin, kita semakin melupakan awal pertemanan itu hingga kemudian kita menganggap bahwa kita teman sejiwa. Ya, sudah seperti saudara jauh. Kamu mengatakan telah mengerti apa yang selalu aku pikirkan, dan aku pun juga seperti itu menganggapmu sebagai saudaraku.

Hai teman, disaat kau membutuhkan tempat untuk mengeluarkan segala uneg-uneg yang kau pendam, aku mendatangimu. Kau mengatakan dalam telepon itu dengan suara galau bahwa kau sedang gelisah, aku yang mendengarnya juga merasa gelisah. Aku, temanmu yang menganggapmu sebagai saudara sangat mengerti apa yang sedang kau alami. Aku selalu mencaritau tentang apa yang kau pikirkan, hingga kemudian kau menceritakan kegundahanmu. Aku mendengarmu, karena memang aku tahu kau hanya butuh telinga tanpa perlu ada komentar.

Teman, sebenarnya aku tak ingin mengatakan bahwa aku butuh hubungan timbal-balik ini. Yaa.... aku butuh didengarkan saat ini, saat ketika aku merasa rapuh, ketika aku diterjang badai, ketika kakiku tak mampu lagi untuk menopangku, ketika bertubi-tubi kerikil kehidupan menghujaniku, dan saat itu adalah saat ini. Aku hanya butuh telinga untuk mendengarkan semua yang kupendam, aku tak butuh suara, aku tak butuh ocehanmu, aku tak butuh informasimu, dan aku tak butuh kepalsuanmu.

Jangan kau mencacimaki kerapuhanku teman, tak sadarkah kau ketika kau melakukan hal itu, perasaanku rasanya tercabik-cabik. Sebenarnya aku tak kuasa mengatakan bahwa kau sama dengan yang lainnya, bahwa kau hanyalah musuh dalam selimut kehidupanku. Seandainya kau mau melihat yang terjadi, seandainya kau berada pada posisiku, seandainya kau..... ach, seandainya kau merasakan apa yang kurasakan bahkan mungkin lebih. Tuhaann..... beri aku ketegaran meski cuma secuil untuk dapat melihatnya meski cuma kepalsuan, karena aku masih ingin melihat temanku yang pernah kupercaya.

Tidak ada komentar: