... Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah dengan ditemani shahabat
beliau, Abu Bakar, Rasulullah s.a.w. melewati daerah yang disebut dengan
Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya,
yaitu Masjid Quba. Selanjutnya, setelah di Madinah beliau juga
mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan
melaksanakan aktivitas sosial lainnya.
Drs. Sidi Gazalba menyebutkan: “Pada hari pertama kedatangan Nabi dengan
rombongannya di Madinah itu apakah yang mula-mula sekali dilakukannya?
Beliau secara gotong-royong dengan kaum muslimin yang berada di
sekitarnya mendirikan Masjid, tempat sujud. Tanah kebun di tempat Masjid
itu dibangun adalah milik Bani Najar, yang menolak pembayaran sebagai
beli dari kebun mereka. Nabi sendiri ikut bekerja mengangkat batu. Dalam
gotong-royong dan sambat sinambat orang tidak memperhitungkan beli,
upah dan pangkat. Semua bekerja sama untuk semua”. *)
Dalam perjalanan sejarahnya Masjid telah mengalami perkembangan yang
pesat, baik dalam bentuk bangunannya maupun fungsi dan perannya. Hampir
dapat dikatakan, dimana komunitas umat Islam berada di situ ada Masjid.
Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Masjid telah menjadi
tempat beribadah, sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman,
pusat da’wah dan aneka aktivitas lainnya.
Banyak Masjid telah didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid
Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus dan lain sebagainya. Masjid
didirikan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam -khususnya kebutuhan
spiritualitas- untuk mendekatkan diri pada Pencipta-nya; menghambakan
diri, tunduk dan patuh mengabdi pada-Nya. Masjid juga menjadi tambatan
hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat Islam.
Di antara fungsi Masjid yang utama adalah sebagai tempat beribadah,
khususnya dalam melaksanakan shalat fardlu dengan berjama’ah. Kalau kita
perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam
yang pokok. Sunnah Nabi s.a.w. dalam pengertian muhaditsin -bukan
fuqaha- yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran
Rasulullah s.a.w. tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang
benar-benar ditekankan kepada kaum muslim laki-laki.
Abu Hurairah r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “
Seberat-berat shalat atas para munafiqin, ialah shalat ‘Isya dan shalat
fajar (Shubuh). Sekiranya mereka mengetahui apa yang dikandung oleh
kedua shalat itu, tentulah mereka mendatanginya, walaupun dengan jalan
merangkak. Demi Allah sesungguhnya saya telah berkemauan akan menyuruh
orang mendirikan jama’ah beserta para hadirin, kemudian saya pergi
dengan beberapa orang yang membawa berkas kayu api kepada orang-orang
yang tidak menghadiri jama’ah shalat, lalu saya bakar rumah-rumah
mereka, sedang mereka berada di dalamnya””. (HR: Bukhari & Muslim).
**)
Shalat berjama’ah merupakan bukti nyata tentang kemusliman
seseorang. Dengan mudah kita dapat mengetahui seseorang itu muslim
karena dia datang dan melaksanakan shalat di Masjid. Kita tidak perlu
lagi bertanya-tanya apakah dia muslim atau non muslim.
Pada masa Rasulullah s.a.w, shalat berjamaa’ah di Masjid menjadi
identitas kaum muslimin yang dapat membedakan antara mereka dengan
orang-orang kafir. Bahkan, orang-orang munafik dapat ditengarai dengan
keengganannya dalam melaksanakan shalat berjama’ah di Masjid.
Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para
shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah,
selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan
sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang,
seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke
dalam shaf”. (HR: Al Jamaah selain Bukhari dan Turmudzi).**)
Dengan ter-aktualisasinya shalat berjama’ah, maka Masjid menjadi
makmur, ukhuwah imaniyah terbina, keterpemimpinan umat nampak jelas, dan
syi’ar Islam nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi seorang muslim, menegakkan shalat dengan berjama’ah di Masjid
bisa menambah kekhusyu’an dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam
menghamba kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Shalat berjama’ah juga memiliki nilai lebih dari pada shalat
sendirian (munfarid).
Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w. : “Shalat
jama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad”. (HR:
Bukhari dan Muslim). **)
Shalat berjama’ah di Masjid merupakan ajaran Islam, khususnya bagi
laki-laki yang tidak ada udzur, yang saat ini banyak dilupakan umat
Islam. Kini kita lihat, di Masjid orang-orang yang melaksanakan shalat
berjama’ah sangat sedikit sekali. Terlebih, pada waktu shalat shubuh
yang datang mungkin bisa dihitung dengan anak jari.
Masya Allah, umat Islam telah melupakan ajarannya sendiri. Bahkan,
di antara mereka banyak yang datang ke Masjid hanya sepekan sekali pada
hari Jum’at. Karena itu, kita perlu untuk meng-aktualkan kembali ajaran
Shalat berjama’ah di Masjid ini yang merupakan perintah Rasulullah
s.a.w. Kita hidupkan kembali sunnah beliau dengan memulai dari diri kita
sendiri menurut kemampuan masing-masing.
Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat
berjama’ah yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar, sementara
yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator
utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid.
Jadi, keberhasilan dan kekurangberhasilan kita dalam memakmurkan
Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat Islam di sekitar
Masjid dalam menegakkan shalat berjama’ah.
Masjid adalah tempat sujud. Kita sujud dan ruku’ bersama-sama dalam
shalat berjama’ah. Coba kita bayangkan, seandainya setiap umat Islam,
khususnya laki-laki, pada waktu mendengar adzan mereka mendatangi
Masjid, baik yang di kampung, sekolah, kantor, jalan raya, pusat-pusat
pertokoan, kampus dan lain-lainnya untuk menunaikan shalat fardlu dengan
berjama’ah. Tentu syiar Islam akan nampak nyata. Bayangkan, hal itu
terjadi lima waktu dalam sehari.
Sebagai pembanding, tentu kita dapat melihat bagaimana syiar Islam
ditegakkan pada malam awal bulan Ramadlan. Masjid penuh dengan jama’ah,
persatuan Islam nyata, kekuatan Islam nampak, da’wah islamiyah terbina,
dan syi’ar Islam bisa dirasakan bersama.
Semoga kiranya Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing kita
dalam memakmurkan Masjid, di antaranya melalui shalat berjama’ah. Amien.
Wallahua’lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar