Rabi’ah lahir pada tahun ±714 M (95 atau 99 H) [1]
di Basrah Irak. Terlahir dari keluarga miskin ayah nya bernama Ismail,
akan tetapi keluarga tersebut selalu hidup penuh dengan ketaqwaan dan
iman kepada ALLAH. Abdul Mun’im Qandi menceritakan tentang kondisi
kemiskinan keluarga Rabi’ah dalam penggalan cerita berikut;
“Ketika Rabi’ah baru lahir Istri Ismail meminta kepadanya untuk
meminta kepada tetangga setes minyak atau sepotong kain untuk selimut
anak meraka yang baru lahir,akan tetapi tak seorang tetanggapun yang mau
memberikan pertoongan kepada mereka, Ismail pun menghibur istrinya
“Istriku, tetangga kita sedang tidur nyenyak, bersyukurlah kepada ALLAH
karena selama hayat kita belum pernah meminta – minta. Lebih baik
selimuti saja anak kita dengan sepotong kain yang masih basah itu,
percaya dan tawakallah kepada ALLAH, tentu Dia akan memberikan jalan
keluar yang terbaik buat kita,Dan hanya Dialah yang memelihara dan
memberikan kecukupan pada kita, percayalah wahai istriku tercinta.” [2]
Rabi’ah tumbuh menjadi sosok pribadi muslimah yang
Saleh dan sangat zuhud dia pernah menjadi budak dan mengerjakan berbagai
pekerjaan berat, akantetapi itu sama sekali tidak mempengaruhi kadar
keimannya hingga suatu malam terjadilah peristiwa yang sangat ajaib,
ketika itu Rabi’ah sedang bersujud dan memanjatkan Doa,
ketika dia sedang memanjatkan Do’a tuannya mendengarkan DO’a tersebut
hatinya menjadi tersentuh dan ke’esokan harinya dia memanggil Rabi’ah
dan membebaskannya. Setelah bebas Rabi’ah mencari
nafkah dengan bernyanyi dan bermain seruling, akan tetapi di Basrah saat
itu sedang hangat-hangatnya pembahasan masalah mengenai boleh tidaknya
bagi wanita untuk bernyanyi dan bermain musik, ada ulama yang
memperbolehkan dan ada yang tidak, hal ini membuat nya ragu, di tengah
keraguan inilah ALAH memberikan petunjuk kepadanya bahwa kebiasaan
bernyanyi dan bermain seruling bisa membawa manfaat, Rabi’ah pun
memutuskan untuk bermain seruling dan bernyanyi di majelis – majelis
dakwah, dan dari Majelis dakwah dan Dzikir itulah Rabi’ah banyak belajar
dari guru dan ulama.
Berbagai sumber mengatakan bahwa Rabi’ah al adawiyah wafat
pada tahun 185 H (801M). sedangkan makamnya tidak diketahui secara
pasti, Ada yang menyebutkan ia dikuburkan Di Al-Quds di sebuah bukit,
tetapi sumber yang lebih kuat menyebutka bahwa Rabi’ah wafat di Basrah,
daerah Syam.
Sebelum wafat dia sempat berpesan kepada pengikutnya sekaligus
sahabatnya Abdah binti Abu Shawwal, agar kematiannya janganlah sampai
menyusahkan orang lain, dan agar membungkus mayatnya dengan jubahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar