Alquran diturunkan sebagai petunjuk dari Allah SWTbagi manusia dalam
menjalani kehidupannya. Barangsiapa yang mengimani dan mengamalkannya
secara kaffah, kebahagiaan di dunia dan akhirat akan didapat.
Sebaliknya, siapa pun yang mengingkari, apalagi membencinya, akan
mengalami nasib menyedihkan.
Ayat ini adalah di antara yang memberitakan nasib yang dialami kaum kafir yang membenci Alquran.
Celaka dan Disesatkan Amalnya
Allah SWT berfirman: Wa al-ladzîna kafarû fata’s[an] lahum(dan
orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka).Dalam ayat
sebelumnya diberitakan mengenai balasan dan anugerah bagi orang-orang
yang mau menolong agama-Nya. Allah SWTakan menolong dan meneguhkan
kedudukanorang-orang yang menolong agama-Nya. Yakni orang-orang yang
bersedia tunduk, terikat, dan mengamalkan perintah dan larangan-Nya.
Kemudian dalam ayat ini diberitakan mengenai nasib orang-orang yang bersikap sebaliknya:al-ladzîna kafarû. Yakni orang-orang yang mengingkari sebagian atau seluruh perkara keimanan. Balasan yang bakal mereka terima adalah: fata’s[an] lahum.
Menurut al-Syaukanidan al-Qinuji, makna asal kata al-ta’s adalah al-inhithâth wa al-‘itsâr (kemerosotan
dan kebinasaan). Dalam konteks ayat ini, ada beberapa penafsiran yang
dikemukakan oleh ulama. Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Juraij menafsirkannya bu’d[an] lahum (menjadi laknat terhadap mereka). Menurut al-Sudi, khuzn[an] lahum (kesedihan bagi mereka). Ibnu Zaid berkata, syaqâ`[an] lahum (kesengsaraan dan kemalangan bagi mereka). Al-Hasan memaknainya sebagai syatm[an] lahum minal-Lâh (cacian dari Allah kepada mereka). Tsa’lab mengartikannyahalâk[an] lahum (kehancuran, kebinasaan bagi mereka). Al-Dhahhak berkata, khaybat[an] lahum (kegagalan
bagi mereka). Demikian pemaparan al-Qurthubi dalam tafsirnya. Ibnu
Jarir al-Thabari menggabungkan beberapa panfsiran tersebut, yakni hizy[an] lahum wa syaqâ` wa balâ` (kehinaan, kesengsaraan, dan bencana bagi mereka).
Kata al-ta’s juga digunakan dalam sabda Rasulullah SAW: Ta’isu ‘abd al-dînâr wa al-dirhâm wa al-qathîfah wa al-khamîshah, in u’thiya radhiya wa in lam yu’thâ lam yardha (kecelakaan
bagi hamba dinar, dirham, sutra, dan gamis. Apabila diberi, dia ridha.
Dan apabila tidak diberi, dia tidak ridha, HR al-Bukhari dan Ibnu Majah
dari Abu Hurairah).
Dijelaskan Fakhruddin al-Razi dalam Mafâtîh al-Ghayb, ayat ini merupakan tambahan untuk menguatkan hati kaum Mukmin. Ketika dalam ayat sebelumnya disebutkan: wa yutsabbit aqdâmahum (dan
Dia meneguhkan kedudukanmu), maka ada kemungkinan muncul anggapan bahwa
orang kafir bisajatuh dan teguhuntuk beperang. Sehingga dalam
peperangan, terjadi saling bunuh, saling serang, saling tikam, dan
saling pukul. Maka muncullah kesulitan besar. Kemudian Allah SWT
menegaskan bahwa kalian (orang-orang Mukmin) memiliki keteguhan.
Sebaliknya mereka (orang-orang kafir) itu musnah, berubah, dan binasa,
sehingga tidak ada keteguhan mereka. Penyebabnya jelas, tuhan-tuhan
mereka adalah benda mati yang tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan
berhadapan dengan Dzat yang memiliki kekuatan. Maka tuhan-tuhan mereka
itu tidak berguna untuk mencegah dan membatalkan keputusan Allah SWT
atas mereka, yakni kehancuran.
Di samping itu juga: Wa adhalla a’mâlahum (dan Allah menyesatkan amal-amal mereka). Kata al-dhalâl berartial-‘udûl ‘an al-tharîq al-mustaqîm (menyimpang dari jalan yang lurus). Kebalikannya adalah al-hidâyah (petunjuk). Demikian al-Raghib al-Asfagani. Menurut Ibnu Jarir al-Thabari, frasa ini berarti Allah
menjadikan amal mereka dilakukan tapa petunjuk dan istiqamah. Sebab,
amal mereka dilakukan karena ketaatan terhadap syetan. Bukan ketaatan
kepada al-rahman.Al-Syaukani dan al-Jaiziri menafsirkan frasa ini sebagai abthlahâ waja’alahâ dhâi’at[an] (menjadikannya sia-sia dan lenyap).
Dikemukakan Fakhruddin a-Razi, ayat ini memberikan isyarat yang
menjelaskan tentang perbedaan nasib orang-orang kafir yang telah mati
dengan orang-orang Mukmin yang terbunuh (dalam medan peperangan).
Mengenai orang-orang Mukmin tersebut,Allah SWT berfirman: Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka (TQS Muhammad [47]: 4). Sedangkan terhadap orang-orang kafir yang mati, Allah SWT menghapus dan melenyapkan semua amalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar